Saat pertama
Ku dekati dirimu
Menuruti semua inginmuDan tiba waktumu
‘tuk beri jawaban
Ternyata kau anggap aku
Hanya teman
Bawalah aku ke dalam mimpimu
Aku tak ‘kan kecewakan kamu
Walaupun itu semua
Hanya sebatas mimpi
Jadikan aku kekasih hatimu
Aku menginginkan kamu
Sungguh-sungguh merasa
Ku jatuh cintaTelah berbagai cara
‘tuk dapatkan hatimu
Tetap saja kau anggap aku
Hanya teman
Sabtu, 15 Mei 2010
SeBaTas MimPi Ja..........
Senin, 01 Maret 2010
teknologi ter kini makin cangih
”Fenomena Facebook dan BlackBerry membuka mata kita bahwa masyarakat masih sangat memerlukan komunikasi yang mudah dan sebisa mungkin murah. Murah bukan berarti membayar sedikit, tetapi pemakai mendapatkan lebih daripada biaya yang sudah dibayar. Percuma saja Internet hanya beberapa ratus ribu rupiah, tapi koneksinya sangat lambat. Meskipun membayar sangat murah, tetapi konsumen akhirnya merasa tertipu dan tidak tertarik lagi dengan tawaran seperti ini.”
Demikian tutur Wing Wahyu Winarno, Ketua I JogjaIT dan Dosen STIE YKPN Yogyakarta, dalam makalahnya yang ditulis untuk Diskusi Terbatas Akhir Tahun Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SITI) 2010 di Fakultas Teknologi Industri UII (8/12/2009) lalu.
Di sisi lain, Wing menambahkan, kemudahan berkomunikasi dengan berbagai cara, kini dapat dilakukan hanya dengan jari. Orang tidak perlu lagi berjalan menuju ke tempat telpon di rumah atau ke warnet bagi yang tidak punya telpon. Sekarang, sudah sangat biasa, orang melakukan komunikasi di segala kondisi dan segala tempat.
”Bahkan, mereka itu seringkali membahayakan dirinya maupun orang lain. Lihat saja, pengendara sepeda motor atau pengemudi mobil yang melakukan SMS di jalan. Bahkan, saya pernah melihat seorang pemetik kelapa, menerima telpon ketika dia sedang di pucuk pohon kelapa! Luar biasa!” ujarnya.
Di banyak negara, menelpon, apalagi SMS dan chatting, merupakan pelanggaran berlalu lintas. Memang ada pengecualian, yaitu menggunakan speaker (hands free), sehingga pengemudi tidak perlu menyentuh apapun ketika harus menjawab telpon. Tetapi, masalahnya satu, kadang-kadang pembicaraan telponnya tidak boleh diketahui teman lain yang kebetulan berada di satu mobil, sehingga di Indonesia, fasilitas ini tidak populer sama sekali.
Bentuk komunikasi tidak hanya menelpon atau mengirim SMS dan email, karena sejak dikenalkannya Facebook, masyrakat digital semakin terlihat kekuatannya. Semakin hari, semakin banyak orang yang memasuki dunia Facebook. Tidak hanya ke Roma, kini juga banyak jalan menuju ke Facebook. Selain dari komputer, juga dapat dari SMS, dari browser ponsel, dari aplikasi ponsel, dari mobile internet device (MID), dan seterusnya. Diakui atau tidak, Facebook telah membawa arus ekonomi baru. Lihat saja kini hampir semua ponsel menawarkan ”bisa facebook” dalam iklannya. Hampir semua operator seluler juga menawarkan ”koneksi ke chatting dan facebook” dengan tarif murah.
Kini, Facebook menjangkau semua lapisan masyarakat, mulai dari pimpinan organisasi dan juragan bisnis, sampai pada anak SD dan pembantu rumah tangga, sudah ketagihan Facebook. Bahkan dalam banyak hal, mereka bersatu untuk melawan ketidakadilan dan ketertutupan. Lihat saja kasus Cicak lawan Buaya, dapat terkumpul lebih dari satu juta pendukung Cicak haya dalam waktu kurang dari satu bulan. Kini juga ada gerakan mendukung Prita Mulyasari yang dianggap masyarakat diperlakukan tidak adil. Sebagian pembuat keputusan di negeri ini masih menganggap bahwa Facebook hanyalah pekerjaan iseng yang tidak akan berdampak apa-apa.
Tetapi, para petinggi negari ini lupa, bahwa meskipun terkesan main-main, tetapi informasi yang disampaikan oleh satu orang, dapat dengan cepat tersebar luas, ke seluruh dunia. Kekuatan pun mudah terbentuk dan jangan main-main dengan kekuatan yang besar. Meskipun belum ada pemerintahan jatuh gara-gara Facebook, tapi sudah banyak tokoh-tokoh politik memenangkan pemilu dengan bantuan Facebook, dan banyak pula gerakan moral melalui Facebook yang akhirnya mengubah keputusan, seperti pada kasus KPK dan Century-gate yang sedang hangat.
”Pemerintah harus kian cerdik manfaatkan peluang ini, dengan memanfaatkannya untuk menyampaikan berbagai informasi penting. Saat ini pemerintah belum menganggap jejaring sosial merupakan media komunikasi yang baik. Atau, jangan-jangan para petinggi negeri ini tahu, tapi mereka tidak punya informasi yang perlu disebar ke masyarakat luas?” papar Wing. (Mishbahul Munir)
Demikian tutur Wing Wahyu Winarno, Ketua I JogjaIT dan Dosen STIE YKPN Yogyakarta, dalam makalahnya yang ditulis untuk Diskusi Terbatas Akhir Tahun Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SITI) 2010 di Fakultas Teknologi Industri UII (8/12/2009) lalu.
Di sisi lain, Wing menambahkan, kemudahan berkomunikasi dengan berbagai cara, kini dapat dilakukan hanya dengan jari. Orang tidak perlu lagi berjalan menuju ke tempat telpon di rumah atau ke warnet bagi yang tidak punya telpon. Sekarang, sudah sangat biasa, orang melakukan komunikasi di segala kondisi dan segala tempat.
”Bahkan, mereka itu seringkali membahayakan dirinya maupun orang lain. Lihat saja, pengendara sepeda motor atau pengemudi mobil yang melakukan SMS di jalan. Bahkan, saya pernah melihat seorang pemetik kelapa, menerima telpon ketika dia sedang di pucuk pohon kelapa! Luar biasa!” ujarnya.
Di banyak negara, menelpon, apalagi SMS dan chatting, merupakan pelanggaran berlalu lintas. Memang ada pengecualian, yaitu menggunakan speaker (hands free), sehingga pengemudi tidak perlu menyentuh apapun ketika harus menjawab telpon. Tetapi, masalahnya satu, kadang-kadang pembicaraan telponnya tidak boleh diketahui teman lain yang kebetulan berada di satu mobil, sehingga di Indonesia, fasilitas ini tidak populer sama sekali.
Bentuk komunikasi tidak hanya menelpon atau mengirim SMS dan email, karena sejak dikenalkannya Facebook, masyrakat digital semakin terlihat kekuatannya. Semakin hari, semakin banyak orang yang memasuki dunia Facebook. Tidak hanya ke Roma, kini juga banyak jalan menuju ke Facebook. Selain dari komputer, juga dapat dari SMS, dari browser ponsel, dari aplikasi ponsel, dari mobile internet device (MID), dan seterusnya. Diakui atau tidak, Facebook telah membawa arus ekonomi baru. Lihat saja kini hampir semua ponsel menawarkan ”bisa facebook” dalam iklannya. Hampir semua operator seluler juga menawarkan ”koneksi ke chatting dan facebook” dengan tarif murah.
Kini, Facebook menjangkau semua lapisan masyarakat, mulai dari pimpinan organisasi dan juragan bisnis, sampai pada anak SD dan pembantu rumah tangga, sudah ketagihan Facebook. Bahkan dalam banyak hal, mereka bersatu untuk melawan ketidakadilan dan ketertutupan. Lihat saja kasus Cicak lawan Buaya, dapat terkumpul lebih dari satu juta pendukung Cicak haya dalam waktu kurang dari satu bulan. Kini juga ada gerakan mendukung Prita Mulyasari yang dianggap masyarakat diperlakukan tidak adil. Sebagian pembuat keputusan di negeri ini masih menganggap bahwa Facebook hanyalah pekerjaan iseng yang tidak akan berdampak apa-apa.
Tetapi, para petinggi negari ini lupa, bahwa meskipun terkesan main-main, tetapi informasi yang disampaikan oleh satu orang, dapat dengan cepat tersebar luas, ke seluruh dunia. Kekuatan pun mudah terbentuk dan jangan main-main dengan kekuatan yang besar. Meskipun belum ada pemerintahan jatuh gara-gara Facebook, tapi sudah banyak tokoh-tokoh politik memenangkan pemilu dengan bantuan Facebook, dan banyak pula gerakan moral melalui Facebook yang akhirnya mengubah keputusan, seperti pada kasus KPK dan Century-gate yang sedang hangat.
”Pemerintah harus kian cerdik manfaatkan peluang ini, dengan memanfaatkannya untuk menyampaikan berbagai informasi penting. Saat ini pemerintah belum menganggap jejaring sosial merupakan media komunikasi yang baik. Atau, jangan-jangan para petinggi negeri ini tahu, tapi mereka tidak punya informasi yang perlu disebar ke masyarakat luas?” papar Wing. (Mishbahul Munir)
Langganan:
Postingan (Atom)